Senin, 02 Januari 2012

Kuda Cahaya

Mulanya tidak ada yang percaya dengan cerita kuda cahaya. Kata mereka, kuda seperti itu hanya ada di kisah masa lampau, ketika Nabi naik ke langit ketujuh dengan buroq, kuda yang bentuknya belum ada di gambaran manusia. Sedang di zaman sekarang ini sudah tidak mungkin ada kuda cahaya. Karena memang tidak lagi ada Nabi. Kalaupun ada, sudah barang pasti itu Nabi palsu. Dan Nabi palsu tidak akan dikaruniai mukjizat, apalagi mukjizat berupa kuda cahaya, kuda dengan kecepatan laju yang tak pernah bisa dibayangkan itu.

Tapi di Desa Winong ini topik perbincangan sedang didominasi perihal kuda cahaya. Adalah Mbah Halim, jamaah sepuh Masjid Besar Winong yang jadi buah bibir beberapa hari ini.

“Setahuku, kemarin Mbah Halim salat Maghrib di masjid kita, eh bagaimana bisa sebelum Isya’ ia sudah mengisi pengajian di desa sebelah yang jaraknya hampir sepuluh kilo itu?” Mbah Joko membuka obrolan.

“Ah, jangan-jangan kau salah orang kali!”

“Mataku masih belum rabun, aku juga sangat hapal motif sorban yang biasa dipakai Mbah Halim.”

“Kendaraan tercepat pun tidak bisa membawa kita ke desa sebelah secepat itu.”

 “Jangan-jangan ia punya ilmu membelah diri.”

“Bukan. Bukan ilmu membelah diri,  tapi ia memelihara kuda cahaya.”

“Ha?! Kuda cahaya? Seperti apa kuda cahaya itu? Apakah itu serupa kuda terbang yang bersayap?”

“Kuda cahaya tidak bersayap. Ia berwarna putih berkilauan. Oleh karena kecepatannya yang tanpa ampun, tentu ia tidak memijak tanah manakala membawa tuannya. Ia melesat membelah mega-mega, melintasi cakrawala, tampak berpijar menyusuri kaki langit.”

“Ah, itu jelas dongeng. Ini sudah zaman modern. Tak ada kuda macam itu.”

“Kau boleh percaya boleh tidak.”

Begitulah suara orang-orang di warung kopi membincangkan Mbah Halim. Percakapan seperti itu juga tidak sulit ditemui di pasar, di balai desa, di sekolah dan di tempat-tempat orang berkumpul. Bagaimanapun cerita kuda cahaya itu menyita perhatian sebagaian besar warga desa.

Di sisi lain, Mbah Halim seperti tidak mendengar apa-apa. Ia masih menjalani hari-hari seperti apa adanya. Selepas solat subuh berjamaah di Masjid Besar Winong ia akan mengurus pekarangannya yang luas. Membersihkan daun-duan gugur, menyiangi rumput liar, dan menyiram bunga-bunga. Baru kemudian ia akan sarapan. Dijauhkannya daging binatang kaki empat dan kaki dua dari piring makannya. Namun ia tetap mengonsumsi ikan. Katanya, kalau mau otak tetap tajam harus banyak makan ikan, terutama ikan laut.
Sepanjang hari ada saja yang bisa Mbah Halim kerjakan. Jika tidak membaca buku-buku agama, Mbah Halim kadang memperbaiki perkakas rumah yang rusak. Untuk membaca buku Mbah Halim tidak membutuhkan kaca mata. Penglihatannya masih sangat baik. Mungkin ini akibat dari kejeliannya menjaga pola makan.

Selain kegiatan ringan di rumah, selebihnya Mbah Halim banyak menghabiskan waktu di masjid. Jika tidak hujan lebat, dalam lima waktu salat ia bisa dijumpai di masjid. Atau sesekali mengisi ceramah jika diminta.
Di rumah, ia hanya tinggal dengan anak ketiga dan keempatnya yang masih duduk di bangku SMA. Anak pertama dan kedua kuliah di sebuah universitas negeri di luar kota. Isterinya meninggal empat tahun yang lalu. Hal inilah yang kemudian jadi gunjingan orang-orang. Bagaimana mungkin Mbah Halim mampu menyekolahkan empat anaknya sementara ia hanya bersandar pada uang pensiun? Taruhlah misalnya dua anaknya yang kuliah mendapat beasiswa penuh, hampir mustahil jika Mbah Halim tidak mengirim uang bulanan. Anaknya yang di SMA juga tidak mungkin tidak butuh biaya. Lalu, dari mana ia dapat uang?
Maka, berhembuslah berita jika Mbah Halim melakukan pesugihan. Kuda cahaya yang selama ini dipercaya sebagian orang sebagai hewan peliharaan Mbah Halim yang secara rutin membawa Mbah Halim ke sebuah gunung di daerah utara sebagai pusat pesugihan. Mbah Joko yang membawa kabar itu untuk kali pertama di obrolan di warung kopi Lik Mardi.

“Memang benar jika Mbah Halim itu rajin ke masjid, tapi menurutku ada sesuatu yang tak masuk akal. Mengingat ia hanya dapat uang pensiun namun bisa menghidupi keempat anaknya. Hidupnya juga terlihat begitu makmur.”

“Rezeki kan Allah yang mengatur.”

“Tapi ini agak tidak logis.”

“Bukankah Mbah Halim juga kerap memberi ceramah?”

“Berapa sih honor tukang ceramah?”

“Tidak banyak memang.”

“Nah itu dia! Saya curiga dia punya pesugihan.”

“Jangan menduga yang tidak-tidak! Apalagi sama Mbah Halim. Bisa kualat!”

“Ini cuma bentuk waspada kita saja. Kalau ada warga yang tidak benar ya kita ingatkan. Apalagi pesugihan itu kan syirik. Katanya dosa syirik itu tak terampuni. Yang berdosa memang satu orang, tapi yang kena azab bisa orang sekampung!”

“Tapi saya kira Mbah Halim tidak sebodoh itu. Mengamalkan pesugihan itu kan pasti harus pakai tumbal salah satu anggota keluarga. Tidak mungkin ia mengorbankan salah satu anaknya, demi harta yang hanya bersifat fana, seperti yang sering ia sampaikan di ceramahnya.”

“Ya, sudah, kita lihat saja nanti. Siapa yang benar, siapa yang salah.” 

Mbah Joko berlalu dari warung kopi Lik Mardi. Orang-orang yang tadi ikut ngobrol atau sekadar mencuri dengar kembali melakukan kegiatannya masing-masing. Barangkali Mbah Joko tidak menyadari jika di antara orang-orang di warung kopi Lik Mardi perlahan-lahan mulai memandang buruk Mbah Halim. Mereka mulai berpikir jika rajinnya Mbah Halim ke masjid dan mahirnya memberi ceramah hanya polesan belaka. Topeng yang menutupi bopeng.

***

Usai sholat Isya’ sejumlah warga berkumpul di Masjid Besar Winong untuk membahas masalah renovasi dan perluasan Masjid Besar Winong. Sekaligus perolehan infaq dari warga dan tokoh masyarakat. Semua warga terkejut saat panitia renovasi menyampaikan bahwa sampai saat ini penyumbang terbesar adalah Mbah Halim. Sedangkan, Mbah Halim lebih terkejut lagi. Ia sudah minta ke panitia untuk merahasiakan jumlah infaqnya untuk renovasi masjid. Namun ia tak habis pikir kenapa bisa bocor juga.

Tak ayal, terdengar kasak-kasuk dari jamaah. Terutama jamaah perempuan di belakang. Isu tentang Mbah Halim melakukan pesugihan menguar lagi. Seperti bau bangkai tikus yang tercium dari got di depan rumah. Beberapa warga yang percaya kebenaran isu itu mengurut dada sambil mengucap istigfar.

“Kok bisa ya uang hasil pesugihan buat nyumbang masjid?”

Masih pada malam yang sama, warga tiba-tiba dikejutkan dengan suara ringkik kuda dari arah rumah Mbah Halim. Keras sekali. Sekonyong-kenyong sejumlah warga keluar rumah. Ketika itu jam dinding menunjukkan pukul satu dini hari. Suasana mendadak jadi riuh. Sebentar kemudian jadi gaduh. Pak RT memberanikan diri mengetuk pintu rumah Mbah Halim. Warga banyak yang berkumpul di rumah Mbah Halim.

“Mbah, Mbah Halim, bisa keluar rumah sebentar Mbah?”

Dengan wajah tenang Mbah Halim keluar dari rumah.

“Ada apa ini? Kok ramai sekali?”

“Begini Mbah, warga terganggu dengan suara ringkik kuda. Suara itu berasal dari rumah Mbah Halim. Padahal kita semua tahu Mbah Halim tidak memelihara kuda.”

“Saya tadi juga mendengar suara ringkik kuda. Tapi ada yang janggal, suara ringkik kuda itu agak aneh. Saya lama mengurus kuda ketika muda. Saya yakin itu bukan suara kuda.”

“Lalu suara apa?”

“Saya tidak tahu!”

“Mbah Halim jangan berkilah! Akui saja kalau sampeyan memelihara kuda cahaya! Sampeyan juga melakukan pesugihan! Buktinya banyak, semua warga juga sudah tahu itu. Ayo ngaku saja!” Mbah Joko yang tiba-tiba menyeruak dari kerumunan warga bersungut-sungut menuding ke arah Mbah Halim yang masih berdiri tenang di depan rumahnya.

“Saya tahu saat ini semua warga sedang membicarakan saya. Tapi itu semua adalah fitnah belaka. Saya tidak punya kuda cahaya. Saya juga tidak melakukan pesugihan!”

“Bohong! Bohong!” warga yang mulai geram berteriak penuh amarah. Teriakan itu tak urung membangunkan warga lain yang terlelap dan lantas ikut bergabung.

“Memang benar saya dan ayah saya adalah tukang mengurus kuda, tapi saat ini saya tidak punya kuda, apalagi kuda cahaya!”

“Penipu! Penipu!” Warga mulai tak terkendali. Mereka nyaris berlaku brutal. Pak RT coba menenangkan. Ia angkat bicara. Sedikit membentak.

“Sudah begini saja, besok kita adakan sumpah pocong! Daripada semua berlarut-larut. Sehabis salat Jumat kita gelar sumpah pocong di Masjid Besar Winong. Kita adakan sumpah antara Mbah Halim dengan salah seorang yang percaya jika Mbah Halim memelihara kuda cahaya dan melakukan pesugihan. Sekarang saya tanya, siapa di antara kalian yang percaya jika Mbah Halim memelihara kuda cahaya dan melakukan pesugihan?”

Serentak warga yang ada di sana mundur teratur. Nyali mereka ciut demi mendengar sumpah pocong. Namun ada seorang di antara mereka yang tidak mundur: Mbah Joko.

“Sampeyan siap Mbah Joko?” Tanya Pak RT. Mbah Joko sedikit pias.

“Siap,” jawabnya dengan agak gemetar.

“Mbah Halim siap?”

Pertanyaan itu dijawab dengan anggukan pasti.

***

Masjid Besar Winong penuh sesak siang itu. Acara sumpah pocong adalah acara yang langka. Maka mereka tak akan melewatkan kesempatan kali ini. Mbah Halim sudah bersiap di sudut masjid. Tak henti ia merapal zikir dan terus memutar tasbih. Akan tetapi sosok Mbah Joko tak juga muncul. Satu jam, dua jam, hingga tiga jam ditunggu Mbah Joko tetap tak kelihatan. Ternyata rumahnya sepi dan terkunci. Warga pulang dengan kecewa. Bebarapa dari mereka menemui Mbah Halim untuk minta maaf.

Mbah Halim sudah menduga jika semua akan berakhir seperti ini. Ia bukan tak mengenal Mbah Joko. Ia bahkan sangat mengenalnya. Ayah Mbah Joko dulu adalah pimpinan PKI tingkat desa yang dihabisi oleh ayah Mbah Halim yang seorang tentara. Ada dendam yang tak selesai.

Ciputat, Oktober 2011

1 komentar:

  1. KAMI SEKELUARGA MENGUCAPKAN BANYAK TERIMA KASIH ATAS BANTUANNYA MBAH , NOMOR YANG MBAH BERIKAN/ 4D SGP& HK SAYA DAPAT (350) JUTA ALHAMDULILLAH TEMBUS, SELURUH HUTANG2 SAYA SUDAH SAYA LUNAS DAN KAMI BISAH USAHA LAGI. JIKA ANDA INGIN SEPERTI SAYA HUB MBAH_PURO _085_342_734_904_ terima kasih.الالله صلى الله عليه وسلموعليكوتهله صلى الل


    KAMI SEKELUARGA MENGUCAPKAN BANYAK TERIMA KASIH ATAS BANTUANNYA MBAH , NOMOR YANG MBAH BERIKAN/ 4D SGP& HK SAYA DAPAT (350) JUTA ALHAMDULILLAH TEMBUS, SELURUH HUTANG2 SAYA SUDAH SAYA LUNAS DAN KAMI BISAH USAHA LAGI. JIKA ANDA INGIN SEPERTI SAYA HUB MBAH_PURO _085_342_734_904_ terima kasih.الالله صلى الله عليه وسلموعليكوتهله صلى الل


    KAMI SEKELUARGA MENGUCAPKAN BANYAK TERIMA KASIH ATAS BANTUANNYA MBAH , NOMOR YANG MBAH BERIKAN/ 4D SGP& HK SAYA DAPAT (350) JUTA ALHAMDULILLAH TEMBUS, SELURUH HUTANG2 SAYA SUDAH SAYA LUNAS DAN KAMI BISAH USAHA LAGI. JIKA ANDA INGIN SEPERTI SAYA HUB MBAH_PURO _085_342_734_904_ terima kasih.الالله صلى الله عليه وسلموعليكوتهله صلى الل

    BalasHapus